BAB
I
TINJAUAN
TEORI
DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL TRIMESTER
II
A.  Pengertian
Menurut  Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
dalam tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung 12 minggu pertama,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Sarwono Prawirohardjo, 2011). 
Kehamilan adalah bertemunya inti ovum dengan inti spermatozoa. (Ida
Bagus Gde Manuaba, dkk, 2010).
Kehamilan adalah bertemunya antara ovum matang dengan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan . (Ari Sulistyawati, 2009).
B.  Klasifikasi
Kehamilan diklasifikasikan dalam
3 trimester menurut Sarwono Prawirohardjo, 2011.
1.    Trimester kesatu, dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)
2.   
Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27
minggu)
3.   
Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)
C.  Tanda-Tanda
Kehamilan
1.   
Tanda
Tidak Pasti/ Tanda Presumtif
a.   
Amenore
(Tidak datang bulan)
Setelah ovum
dikeluarkan dari folikel deGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan
berubah menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan
mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh
spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin
yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus luteus
kehamilan. Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak
dilepaskan sehingga amenore  dianggap
sebagai tanda kehamilan, namun tidak
datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronik, tumor
hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling
sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau
malahan mereka yang sangat ingin hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu.
b.   
Mual
dan Muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari yang dissebut morning sickness. Akibat mual dan muntah
dapat mengurangi nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat
dikatakan sebagai tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat
pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada kehamilan digolongkan normal
apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.
c.   
Payudara
tegang.
Konsentrasi
tinggi estrogen dan progesteron
yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan
membesar) serta
somatomatrofin menimbulkan defosit lemak, air, garam pada payudara.
Namun payudara yang tegang dan membesar juga dapat terjadi pada wanita pengguna
kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat
penenang, dan hamil semu (pseudocyesis).
d.   Pigmentasi Kulit
Efek
stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan
pigmentasi kulit pada area wajah (dahi, hidung, pipi, dan
leher) yang disebut dengan chloasma gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae,
striae nigra, linea alba
makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae).
Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi
normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area
hiperpigmentasi akan memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap dan
berwarna putih keperakan.
e.   
Rasa lelah (fatigue)
     Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)                           dalam
trimester pertama kehamilan.
f.     Sering Miksi
     Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan menyebabkan                             kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
g.    Konstipasi dan Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan dalam buang air
besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola makan.
h.   
Ngidam
2.    Tanda Kemungkinan Hamil
a.    Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin
bundar bentuknya.
b.    Reaksi Kehamilan Positif
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
kadar hormone hCG (chorionic
gonadotropin) dalam
urine.
c.    Tanda Piscasecks
Yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah  sehingga menonjol jelas kearah pembesaran
tersebut.
d.   Goodell sign
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan cara
menggoyang-goyangkan disalah satu sisi, maka akan terasa pantulan disisi lain (tanda hegar).
Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus.
e.    Braton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.
f.     Tanda Chadwiks
Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau
warna kebiru-biruan .
3.    Tanda Pasti Hamil
Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
a.    Terasa gerakan janin
Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18
minggu dan multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu.
b.    Teraba bagian-bagian janin
Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut Leopold
pada akhir trimester ke II
c.   
DJJ
(Denyut jantung Janin),
dapat didengar dengan:
1)     
Fetal
electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu
2)     
System
Doppler pada kehamilan 12 minggu 
3)     
Stetoskop
linec pada kehamilan 18-20 minggu.
d.  
Pada
pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran janin berupa kantong janin,
panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya
kehamilan.
D. 
Kebutuhan Ibu Hamil Trimester II
1.   
Nutrisi
Anjurkan untuk makan makanan yang
mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Berat badan
yang bertambah terlalu besar atau terlalu kurang perlu mendapatkan perhatian
khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan
tidak boleh lebih dari ½ kg tiap minggu. 
2.   
Olahraga ringan
Berguna untuk mempersiapkan tubuh
bagi persiapan persalinan yakni meliputi teknik penapasan dan relaksasi selama
proses persalinan berlangsung. Anjurkan untuk jalan-jalan pada pagi hari untuk
ketenangan dan mendapatkan udara segar.
3.   
Istirahat
Diperlukan untuk menjaga
keseimbangan fisik ibu hamil, jangan bekerja terlalu berat yang menguras
tenaga, tidur siang sangat menguntungkan dan baik untuk kesehatan.
4.   
Kebersihan Mandi diperlukan untuk kesehatan, terutama
perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah.Anjurkan  untuk selalu menjaga personal hygiene
terutama kebersihan vulva dan tubuh.
5.   
Hubungan seksual
     Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.
Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila:
a.        
Terdapat
tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri/panas
b.        
Terjadi
perdarahan saat hubungan seksual
c.        
Terjadinya
pengeluaran air  yang mendadak
d.       
Hentikan
hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami  keguguran, persalinan sebelum waktunya,
mengalami kematian kandungan sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
6.    Pakaian hamil
Pakaian yang dianjurkan 
adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun, sehingga menyerap
keringat. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai
kemampuan untuk menyangga payudara, pakaian dalam sering diganti untuk menjaga
kebersihan. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau
sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang.
7.   
Memberikan zat besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera mungkin
setelah rasa mual hilang, dan asam folat 500mg minimal masing-masing 90 tablet.
8.   
Memberikan imunisasi TT
9.   
Dosis imunisasi TT
E.  Tujuan Asuhan Antenatal
Care
Asuhan kehamilan atau ANC merupakan merupakan suatu upaya yang dilakukan
dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya (Saifuddin,2001).
Asuhan antenatal adalah
upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran
maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 2011). 
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan Ibu hamil baik
fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan , persalinan
dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak
hanya fisik tetapi juga mental (Wikjosastro,2005).
Alasan-alasan mengapa asuhan
antenatal itu penting, yaitu:
1.        
Membangun rasa saling percaya antara
klien dan petugas kesehatan.
2.        
Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik
bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3.        
Memperoleh informasi dasar tentang
kesehatan ibu dan kehamilannya.
4.        
Mengidentifikasi dan menata laksana
kehamilan risiko tinggi.
5.        
Memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6.        
Menghindarkan gangguan kesehatan selama
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
7.        
Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu dan bayi.
8.        
Mengenali
secara dini, adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
9.        
Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
10.     Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif .
11.     Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
F.   Jadwal
Pemeriksaan Antenatal Care
1.        
Pemeriksaan
pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2.        
Pemeriksaan
ulang
Dilakukan minimal sekali kunjungan antenatal hingga
usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal  selama
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
3.        
Pemeriksaan
Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu hamil.
G. Pelayanan
Asuhan Antenatal
Care
Dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1.      Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Penimbangan berat badan
pada setiap kali kunjungan antenatal di lakukan untuk mendeteksi adanya
gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 Kg selama
kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. 
Pengukuran tinggi badan
pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menepis ada nya faktor resiko pada
ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 Cm meninggkatkan resiko untuk
terjadi nya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion).
2.      Mengukur Tekanan
Darah 
Pengukuran tekanan
darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
hipertensi (Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (Hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah atau proteinuria).
3.      Menententukan nilai status gizi (mengukur lingkar lengan
atas/LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
4.      Mengukur Tinggi
Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus
uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus
uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
Minggu.
5.      Menentukan presentasi janin dan menghitung Denyut Jantung Janin
Menentukan presentasi
janin dilakukan pada akhir trimester II dan setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian
bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan
pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ
lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6.      Memberikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat
kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi  T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki
status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long
Live) tidak perlu diberikan imunisasi TT.
7.      Memberikan Tablet
Fe minimal 90 tablet selama kehamilan 
Untuk mencegah anemia
gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat
besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak
kontak pertama. 
8.      Pemeriksaan
laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium khusus.
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada seriap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan
spesifik daerah endemis malaria HIV, dll. Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboatorium lain yang dilakukan atas indikasi lain
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada antenatal tersebut meliputi :
a.    Pemeriksaan
golongan darah 
Pemeriksaan golongan
darah pada ibu hyamil tidak hanya untuk mengetahui golongan darah ibu melainkan
juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. 
b.    Pemerikasaan
hemoglobin darah (HB)
Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester I dan sekali
pada trismester III. Pemeriksaan ini di tujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia
dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam  kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah
pada ibu hamil pada trimester ke II dilakukan atas indikasi.
c.    Pemeriksaan
protein dalam urin
Pemeriksaan protein
dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester ke II dan ke III atas
indikasi. Pemeriksaan yang ditujukan untuk mengetahui adanya proteinnuria pada
ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia
pada ibu hamil.
d.   Pemeriksaan
kadar gula darah 
Ibu hamil yang di
curigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah
selama kehamilannya minimal sekali pada trimester I, sekali pada trimester ke
II dan sekali pada trimester ke III.
e.    Pemeriksaan
darah malaria 
Semua ibu hamil di daerah
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada
kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan
darah malaria apabila ada indikasi. 
f.     Pemeriksaan
tes sifilis 
Pemeriksaan tes sifilis
di lakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita
sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
h.    Pemeriksaan
Basil Tahan Asam (BTA)
Dilakukan pada ibu
hamil yang dicurigai tuberkulosis sebagaui pencegahan agar infeksi tuberkulosis
tidak mempengaruhi kesehatan janin. 
Selain pemeriksaan
tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya di fasilitas rujukan.
9.      Tatalaksana Kasus
Berdasarkan hasil
pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-ksus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem  rujukan.
10.  Temu wicara (konseling)
Temu wicara atau
koseling dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a.    Kesehatan
ibu 
b.    Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS)
c.    Peran
suami/atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
d.   Tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
e.    Asupan
gizi seimbang 
f.     Gejala
penyakit menular dan tidak menular 
g.    Penawaran
untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah terkonsentrasi HIV/bumil
risiko tinggi terinfeksi HIV
h.    Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
i.      KB
paska persalinan
j.      Imunisasi
k.    Peningkatan
kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
Booster)
H.  Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dalam pelayanan antenatal terpadu
Materi KIE efektif
dalam pelayanan antenatal terpadu antara lain:
a.       Persiapan
persalinan meliputi :
1)       
Tabungan bersalin 
       Tabungan bersalin atau Tabulin
dipersiapkan selama kehamilan agar saat bersalin dana yang dibutuhkan sudah
tersedia.
2)       
Tempat persalinan
       Ibu dapat menentukan tempat persalinan
apakah ingin bersalin di fasilitas kesehatan seperti BPM, Klinik Bersalin, atau
Rumah Sakit.
3)       
Transportasi rujukan
4)       
Penolong persalinan
5)       
Ibu dapat menentukan penolong persalinan
seperti Bidan atau Dokter
6)       
Calon donor darah
       Pendonor darah disiapkan sedini mungkin
agar jika ibu membutuhkan transfusi, pendonor sudah tersedia.
7)       
Pendamping persalinan
8)       
Suami SIAGA (siap antar jaga)
b.      Tanda-tanda
bahaya kehamilan
1)       
Perdarahan pervaginam
2)       
Pusing yang berkepanjangan, hebat, dan
menetap
3)       
Kaki, tangan, dan wajah bengkak
4)       
Tekanan darah meningkat lebih dari
140/90 mmHg.
5)       
Pandangan kabur
6)       
Gerakan janin kurang dari 10 kali dalam
24 jam.
c.       Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif 
1)       
Skin
To Skin Contact untuk IMD
Memberitahu ibu bahwa
kontak kulit antara ibu dan bayi saat IMD penting untuk mencegah bayi
kehilangan panas.
2)       
Kolostrum
Memberitahu ibu bahwa
kolostrum atau ASI pertama dari ibu penting untuk kecerdasan bayi
3)       
Rawat gabung
Rawat gabung antara ibu
dan bayi diperlukan untuk mendukung proses IMD
4)       
ASI saja 6 bulan
Memberitahu ibu
pentingnya ASI eksklusif sampai umur bayi 6 bulan dan tidak memberikan susu
formula sebagai pendamping ASI.
5)       
Keinginan untuk menyusui 
Memberitahu ibu
tercapainya proses IMD yang baik didukung oleh keinginan ibu sendiri dalam
memberikan ASI kepada bayinya.
6)       
Menjelaskan pentingnya ASI
d.      KB
pasca persalinan
1)       
Metode yang sesuai dalam masa nifas
e.       Gizi
1)       
Suplementasi tablet besi
2)       
Mengkonsumsi garam beryodium 
3)       
Mengkonsumsi makanan padat kalori dan
kaya zat besi
4)       
Pemberian makanan tambahan 
f.       Masalah
penyakit kronis dan penyakit menular 
1)       
Upaya pencegahan 
2)       
Mengenali gejala penyakit
3)       
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
4)       
Kepatuhan minum obat 
g.      Keikutsertaan
ibu dalam kelas ibu hamil
1)       
Setiap ibu hamil menggunakan buku KIA
2)       
Bertukar pengalaman diantara ibu hamil
3)       
Senam hamil
h.      Peningkatan
Kesehatan Intelegensia Pada Kehamilan (Brain Booster)
1)       
Berkomunikasi dengan janin
2)       
Musik untuk menstimulasi janin
3)       
Nutrisi gizi seimbang untuk ibu hamil
DAFTAR
PUSTAKA
Kusmiayati, Y,
dkk. 2009.  Perawatan
Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Fitramaya:                                     Yogyakarta
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu
Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB. EGC : Jakarta
Mochtar,R. 1998. Sinopsis
Obstetri Edisi 2. EGC : Jakarta
Kolaborasi
tim penyusun. 2012. Pedoman Pelayanan
Antenatal Terpadu. Direktorat          Jenderal
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Direktorat  Bina Kesehatan Ibu: Jakarta
Prawirohardjo
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. EGC:
Jakarta
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar