Selasa, 21 Januari 2014

TINJAUAN TEORI DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II



BAB I
TINJAUAN TEORI
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL TRIMESTER II
A.  Pengertian
Menurut  Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung 12 minggu pertama, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Sarwono Prawirohardjo, 2011).
Kehamilan adalah bertemunya inti ovum dengan inti spermatozoa. (Ida Bagus Gde Manuaba, dkk, 2010).
Kehamilan adalah bertemunya antara ovum matang dengan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan . (Ari Sulistyawati, 2009).

B.  Klasifikasi
Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 trimester menurut Sarwono Prawirohardjo, 2011.
1.    Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)
2.    Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu)
3.    Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)

C.  Tanda-Tanda Kehamilan
1.    Tanda Tidak Pasti/ Tanda Presumtif
a.    Amenore (Tidak datang bulan)
Setelah ovum dikeluarkan dari folikel deGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus luteus kehamilan. Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenore  dianggap sebagai tanda kehamilan, namun tidak datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan mereka yang sangat ingin hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu.
b.    Mual dan Muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari yang dissebut morning sickness. Akibat mual dan muntah dapat mengurangi nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan sebagai tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.
c.    Payudara tegang.
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar) serta somatomatrofin menimbulkan defosit lemak, air, garam pada payudara. Namun payudara yang tegang dan membesar juga dapat terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan hamil semu (pseudocyesis).
d.   Pigmentasi Kulit
Efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan pigmentasi kulit pada area wajah (dahi, hidung, pipi, dan leher) yang disebut dengan chloasma gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.
e.    Rasa lelah (fatigue)
     Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)                           dalam trimester pertama kehamilan.
f.     Sering Miksi
     Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan menyebabkan                             kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
g.    Konstipasi dan Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola makan.
h.    Ngidam
2.    Tanda Kemungkinan Hamil
a.    Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya.
b.    Reaksi Kehamilan Positif
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormone hCG (chorionic gonadotropin) dalam urine.
c.    Tanda Piscasecks
Yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah  sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.
d.   Goodell sign
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan cara menggoyang-goyangkan disalah satu sisi, maka akan terasa pantulan disisi lain (tanda hegar).
Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus.
e.    Braton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.
f.     Tanda Chadwiks
Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau warna kebiru-biruan .
3.    Tanda Pasti Hamil
Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
a.    Terasa gerakan janin
Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18 minggu dan multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu.
b.    Teraba bagian-bagian janin
Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut Leopold pada akhir trimester ke II
c.    DJJ (Denyut jantung Janin), dapat didengar dengan:
1)      Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu
2)      System Doppler pada kehamilan 12 minggu
3)      Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu.
d.   Pada pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran janin berupa kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

D.  Kebutuhan Ibu Hamil Trimester II
1.    Nutrisi
Anjurkan untuk makan makanan yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau terlalu kurang perlu mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg tiap minggu.
2.    Olahraga ringan
Berguna untuk mempersiapkan tubuh bagi persiapan persalinan yakni meliputi teknik penapasan dan relaksasi selama proses persalinan berlangsung. Anjurkan untuk jalan-jalan pada pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara segar.
3.    Istirahat
Diperlukan untuk menjaga keseimbangan fisik ibu hamil, jangan bekerja terlalu berat yang menguras tenaga, tidur siang sangat menguntungkan dan baik untuk kesehatan.
4.    Kebersihan Mandi diperlukan untuk kesehatan, terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah.Anjurkan  untuk selalu menjaga personal hygiene terutama kebersihan vulva dan tubuh.
5.    Hubungan seksual
     Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila:
a.         Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri/panas
b.         Terjadi perdarahan saat hubungan seksual
c.         Terjadinya pengeluaran air  yang mendadak
d.        Hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami  keguguran, persalinan sebelum waktunya, mengalami kematian kandungan sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
6.    Pakaian hamil
Pakaian yang dianjurkan  adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun, sehingga menyerap keringat. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara, pakaian dalam sering diganti untuk menjaga kebersihan. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang.
7.    Memberikan zat besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera mungkin setelah rasa mual hilang, dan asam folat 500mg minimal masing-masing 90 tablet.
8.    Memberikan imunisasi TT
9.    Dosis imunisasi TT

E.  Tujuan Asuhan Antenatal Care
Asuhan kehamilan atau ANC merupakan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya (Saifuddin,2001).
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 2011).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan Ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan , persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wikjosastro,2005).

Alasan-alasan mengapa asuhan antenatal itu penting, yaitu:
1.         Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2.         Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3.         Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4.         Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.
5.         Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6.         Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
7.         Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu dan bayi.
8.         Mengenali secara dini, adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
9.         Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
10.     Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif .
11.     Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

F.   Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care
1.         Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2.         Pemeriksaan ulang
Dilakukan minimal sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal  selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
3.         Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu hamil.

G. Pelayanan Asuhan Antenatal Care
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1.      Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal di lakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 Kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menepis ada nya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 Cm meninggkatkan resiko untuk terjadi nya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
2.      Mengukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (Hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah atau proteinuria).
3.      Menententukan nilai status gizi (mengukur lingkar lengan atas/LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
4.      Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 Minggu.
5.      Menentukan presentasi janin dan menghitung Denyut Jantung Janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6.      Memberikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi  T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Live) tidak perlu diberikan imunisasi TT.
7.      Memberikan Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8.      Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada seriap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah endemis malaria HIV, dll. Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboatorium lain yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada antenatal tersebut meliputi :
a.    Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hyamil tidak hanya untuk mengetahui golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b.    Pemerikasaan hemoglobin darah (HB)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester I dan sekali pada trismester III. Pemeriksaan ini di tujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam  kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada ibu hamil pada trimester ke II dilakukan atas indikasi.
c.    Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester ke II dan ke III atas indikasi. Pemeriksaan yang ditujukan untuk mengetahui adanya proteinnuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d.   Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang di curigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester I, sekali pada trimester ke II dan sekali pada trimester ke III.
e.    Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
f.     Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis di lakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
h.    Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA)
Dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai tuberkulosis sebagaui pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
9.      Tatalaksana Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-ksus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem  rujukan.
10.  Temu wicara (konseling)
Temu wicara atau koseling dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a.    Kesehatan ibu
b.    Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c.    Peran suami/atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
d.   Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
e.    Asupan gizi seimbang
f.     Gejala penyakit menular dan tidak menular
g.    Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah terkonsentrasi HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV
h.    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
i.      KB paska persalinan
j.      Imunisasi
k.    Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain Booster)

H.  Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dalam pelayanan antenatal terpadu
Materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal terpadu antara lain:
a.       Persiapan persalinan meliputi :
1)        Tabungan bersalin
       Tabungan bersalin atau Tabulin dipersiapkan selama kehamilan agar saat bersalin dana yang dibutuhkan sudah tersedia.
2)        Tempat persalinan
       Ibu dapat menentukan tempat persalinan apakah ingin bersalin di fasilitas kesehatan seperti BPM, Klinik Bersalin, atau Rumah Sakit.
3)        Transportasi rujukan
4)        Penolong persalinan
5)        Ibu dapat menentukan penolong persalinan seperti Bidan atau Dokter
6)        Calon donor darah
       Pendonor darah disiapkan sedini mungkin agar jika ibu membutuhkan transfusi, pendonor sudah tersedia.
7)        Pendamping persalinan
8)        Suami SIAGA (siap antar jaga)
b.      Tanda-tanda bahaya kehamilan
1)        Perdarahan pervaginam
2)        Pusing yang berkepanjangan, hebat, dan menetap
3)        Kaki, tangan, dan wajah bengkak
4)        Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.
5)        Pandangan kabur
6)        Gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 24 jam.
c.       Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif
1)        Skin To Skin Contact untuk IMD
Memberitahu ibu bahwa kontak kulit antara ibu dan bayi saat IMD penting untuk mencegah bayi kehilangan panas.
2)        Kolostrum
Memberitahu ibu bahwa kolostrum atau ASI pertama dari ibu penting untuk kecerdasan bayi
3)        Rawat gabung
Rawat gabung antara ibu dan bayi diperlukan untuk mendukung proses IMD
4)        ASI saja 6 bulan
Memberitahu ibu pentingnya ASI eksklusif sampai umur bayi 6 bulan dan tidak memberikan susu formula sebagai pendamping ASI.
5)        Keinginan untuk menyusui
Memberitahu ibu tercapainya proses IMD yang baik didukung oleh keinginan ibu sendiri dalam memberikan ASI kepada bayinya.
6)        Menjelaskan pentingnya ASI
d.      KB pasca persalinan
1)        Metode yang sesuai dalam masa nifas
e.       Gizi
1)        Suplementasi tablet besi
2)        Mengkonsumsi garam beryodium
3)        Mengkonsumsi makanan padat kalori dan kaya zat besi
4)        Pemberian makanan tambahan
f.       Masalah penyakit kronis dan penyakit menular
1)        Upaya pencegahan
2)        Mengenali gejala penyakit
3)        Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4)        Kepatuhan minum obat
g.      Keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil
1)        Setiap ibu hamil menggunakan buku KIA
2)        Bertukar pengalaman diantara ibu hamil
3)        Senam hamil
h.      Peningkatan Kesehatan Intelegensia Pada Kehamilan (Brain Booster)
1)        Berkomunikasi dengan janin
2)        Musik untuk menstimulasi janin
3)        Nutrisi gizi seimbang untuk ibu hamil



























DAFTAR PUSTAKA

Kusmiayati, Y, dkk. 2009.  Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Fitramaya:                                     Yogyakarta
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC : Jakarta
Mochtar,R. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2. EGC : Jakarta
Kolaborasi tim penyusun. 2012. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Direktorat          Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Direktorat Bina Kesehatan Ibu: Jakarta
Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. EGC: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar