ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BBL
GAWAT
JANIN
A.   
Pengertian
·        
Gawat
janin adalah keadaan hipoksia janin (wiknyosastro, 2007)
·        
Pengertian
lainnya dari gawat janin adalah respon kritis janin terhadap stresyang meliputi
hipoksia dan/ atau asidosis
·        
Dikatakan
gawat janin dalam persalinan, apabila denyut jantung janin (DJJ) kurang dari
100 kali per menit atau lebih dari 180 kali per menit, dan/ atau air ketuban
hijau kental 
                             Keadaan
janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung jani (DJJ) danmemeriksa
kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan
mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis
Perlu
diketahui bahwa prinsip pemantauan atau penilaian janin selama persalinan
terutama mengevaluasi status oksigenasi janin untuk mempertahankan
kesejahteraan janin dengan deteksi dini dan menghilangkan adanya gawat janin.
Oksigenasi
janin dipengaruhi olehsirkulasi  uteroplasenta.
Oleh karena itu, bidan/perawat kebidanan harus memahami fisiologi
uteroplasenta.Plasenta mempunyai fungsi naturisi, respirasi, ekskresi,
produksi, imunisasi, dan proteksi. Bila fungsi plasenta baik, maka aliran darah
ibu akan adekuat sehingga oksigenasi janin akan baik.
B.   
Etiologi
Etiologi gawat
janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin
sehingga memicu terjadinya gawat janin, berikut etiologinya
a.     
Insufisiensi
uteroplasenter akut (kurangnnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu
singkat) berupa: aktifitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat di
hubungkan dengan pemberian oksitosin; Hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi
terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta; plasenta previa
b.     
Insufisiensi
uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama)
berupa penyakit hipertensi: pada hipertensi khususnya preeklamsi dan
eklamsiterjadi vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas
kedalam lapisan otot pembuluh darah sehinggeapembuluh darah mengalami kerusakan
dan menyebabkan aliran darah ke plasenta menjadi terlambat dan menimbulkan
hipoksia pada janin yangakan menjadikan gawat janin.
c.      
Diabetes
mellitus: pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami
hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa
terganggu, dan sering kali di sertai dengan hipoksia
d.     
Isoimunisasi
Rh, Postmaturitas atau dismaturitas, Kompresi (penekanan) tali pusat
C.   
Pemantauan
/ Penilaian Kesejahteraan Janin
Bertujuan untuk
menilai keadaan pertumbuhan dan kesejahteraan janin.
1.     
Pemantauan
(monitoring) dapat dilakukan antara
lain dengan cara : penilaian / pemantauan aktifitas / gerakan janin oleh ibu
sendiri merupakan pemeriksaan yang murah, mudah dan dapat dipercaya.
2.     
Perkiraan
pertumbuhan janin secara fisik seperti dari tinggi fundus uteri terhadap usia
kehamilan dengan menggunakan rumus Jhonson Tossec.
3.     
Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk menilai kantung gestasi, janin (mengenali secara
dini adanya kelainan pertumbuhan janin), tali pusat, membran/ cairan amnion,
plasenta dan keadaan patologis 
(kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia serviks, dan
lain-lain).
4.     
Pengamatan
mekonium dan cairan ketuban dengan memeriksa rasio lecithin pada cairan ketuban
untuk menilai pembentukan surfaktan,
5.     
Profil
biofisik adalah penilaian keadaan pernafasan, pergerakan janin, jumlah air
ketuban, derajat plasenta danreaktivitas janin. Perhatian khusus agar diberikan
terhadapkondisi dan jumlah air ketuban
6.     
Penilaian
kematangan paru janin dilakukan dengan test busa terhadap cairan amnion yang
diperoleh dengan amniosentesis. Pematangan paru diberikan pada usia kehamilan
28-34 minggu
7.     
Pengamatan
hormone yang diproduksi oleh plasenta, yaitu estriol dan HPLuntuk menilai hasil
plasenta.
8.     
Pemeriksaan
darah dan analisa gas darah janin melalui umbilical
cord blood sampling (ULBS) dan fetal
scalp blood sampling (FSBS)
9.     
Kardiotokografi
(KTG)
D.   
Diagnosis
            Data subjektif dan
objektif berupa gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat
janin.Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala yang subjektif.Seringkali
indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung
janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas atau deselerasi
lanjut).Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus
yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia
(kegagalan nafas adekuat pada menit-menit pertama kelahiran) janin, pola
frekuensi denyut jantung janin selama persalinan sebelum pelahiran
disklasifikasikan sebagai normla, stress, atau gawat.
Diagnosis gawat janin pada saat persalinan didasarkan pada denyut
jantung janin yang abnormal.Diagnosis yang lebih pasti jika disertai air
ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan,
karena:
1.     
Partus
lama 
2.     
Infuse
oksitoksin
3.     
Perdarahan
4.     
Infeksi
5.     
Insufisiensi
plasenta 
6.     
Ibu diabetes
7.     
Kehamilan
premature dan postmatur atau prolaps tali pusat
Sehingga bila
ada kasus-kasus tersebut, harus segera dideteksi dan perlu ditangani dengan
segera (Saefuddin,2002)
E.    
Denyut
Jantung Janin /DJJ (foetal Heart Rate/FHR)
1.     
Denyut
jantung janin (DJJ) aterm normal berkisar antara 120-160 per menit dan
variabilitas meningkat karena pengaruh maturitas system syaraf otonom.
2.     
Denyut
jantung janin (DJJ) dapat melambat sewaktu his dan segerakembali normal
setelah  relaksasi
3.     
Denyut
jantung janin (DJJ) lambat (kurang dari 100 per menit ) yang tidak ada his,
menunjukkan adanya gawat janin.
4.     
Denyut
jantung janin (DJJ) cepat (lebih dari 180 per menit ) serta disertai
takhikardia ibu, bisa karena ibu demam, efek obat hipertensi atau amnionitis.
Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin (DJJ) yang cepat, maka
sebaiknya dianggap sebagai gawat janin (Saefuddin, 2002)
5.     
Jadi
dapat di simpulkan bahwa : 
Ø  DJJ yang sangat lambat pada saat tidak ada kontraksi atau tetap
lambat setelah kontraksi dicurigai gawat janin
Ø  DJJ yang cepat tanpa disertai denyut jantung (heart rate / HR) ibu
yang cepat juga merupakan tanda gawat janin.
6.     
Terdapat
2 (dua) katagori denyut jantung janin (DJJ) / foeal heart rate (FHR), yaitu :
Ø  Baseline/frekuensi dasar FHR/DJJ (diantara kontraksi)
Ø  Pola preodik (berhubungan dengan kontraksi uterine):
·        
Deselerasi
dini
·        
Deselerasi
Lambat
·        
Deselerasi
Variable
·        
Akselerasi
dengankontraksi 
7.     
Jika
penyebab dari ibu tidak teridentifikasi dan denyut jantung janin tetap abnormal
selama minmal 3 kali kontraksi, lakukan periksa dalam untuk memeriksa kejelasan
tanda-tanda kegawatan
Ø Jika terdapat perdarahan dengan nyeri intermiten atau nyeri
konstan, curigai terjadinya abrobsio plasenta 
Ø Jika terdapat tanda-tanda infeksi ( demam, rabes vagina berbau
busuk) berikan antibiotik seperti mengeobati amnionitis
Ø Jika tali pusat berada di bawah bagian presentai atau didalam
vagina tangani seperti prolaps tali pusat.
F.    
Indikasi-Indikasi
Kemungkinan Gawat Janin
a.     
Bradikardi,
yaitu denyut jantung janin kurang dari 120 per menit
b.     
Takikardi,
akselarasi denyut jantung janin yang memanjang(>160) dapat di hubungkan
dengan demam pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine.
c.      
Variabilitas
denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi sistemsaraf otonom
janin oleh medikasi ibu(atropine, skopolamin, diazepan, fenobarbital, magnesium
dan analgesic narkotik);
d.     
Pola
deselerasi, deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh
insufisiensi uteroplasenter. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan
dengan kontraksi uterus adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukkan
kompresi sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilicus. Peringatan tentang
peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tidak
adanya variabilitas, bradikardi yang menetap dan pola gelembong sinus.
e.      
Ph
darah janin; perdarahan yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang
secara otomatis menyebabkan turunnya PO2 yang akan menyebabkan terjadi
perubahan metabolisme sehingga pembakaran glukosa tidak sempurna dan meningkatkan
hasil akhir asam laktat dan asam piruvat. Timbunan asam laktat dan  piruvat tdak dapat dkeluarkan melalui
plasenta sehingga menimbulkan timbunan yang menyebabkan turunnya ph darah
janin, penurunan ph darah janin sampai batas 7,20-7,15 sudah sangat membahayakan
kehidupan janin dalam rahim, dimana ph 
normal adalah 7,25
f.      
Mekonium
dalam cairan amnion
Keluarnya mekonium kemungkinan merupakan peringatan adanya asfiksia
janin.Para ahli kebidanan mengatakan bahwa deteksi mekonium selama persalinan
menimbulkanmasalah dalam memprediksi asfiksiaatau gawat janin. Dalam sebuah
penelitian di Parkland Hospital mekonium terbukti sebagai bahaya risiko rendah
karena angka kematianperinatal yang di sebabkan olehmekonium adalah 1 kematian
per1000 kelahiran hidup (Nathan dkk, 1994)
      Penjelasan patologis
menyatakan bahwa janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap hipoksia,
dengan demikian mekonium merupakan tanda gangguan janin (walker, 1953).
Mekonium yang kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion
yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan lebih cepat dan
penanganan mekonium pada saluran nafas atau neonatus untuk mencegah aspirasi
mekonium,
Pada
presentasi bokong mekonium keluar pada saat persalina karna kompresi abnomen
janin.Ini bukan tanda gawat janin, kecuali bila mekonium keluar pada awal
persalinan.
G.  
Resiko
Komplikasi:
1.     
Kematian
janin 
2.     
Kematian
neonates/ bayi baru lahir
3.     
Meconium
Aspiration Syndrome
4.     
Perdarahan
intrakarnial
5.     
Hipoksia
6.     
Hipoglikemia
H.   
Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan dalam kasus gawat janin terdiriatas
prinsip umum dan prinsip khusus, berikut penjelasannya secara umum
1.     
Kenali
tanda-tanda gawat janin, lakukan tindakan yang sesuai
2.     
Atur
posisi ibu
3.     
Koreksi
hipotensimaternal, dengan : 
Ø  Tinggikan kaki
Ø  Tingkatkan tetesan infuse
4.     
Hentikan  infuse oksitoksin 
5.     
Beri
oksigen
6.     
Pemeriksaan
vagina untuk melihat adanya prolaps tali pusat
7.     
Pemeriksaan
sampling  darah janin
8.     
Persiapan
terminasi kehamilan bila diindikasikan 
9.     
Jelaskan
dengan singkat setiap tindakan yang dilakukan 
10. 
Yakinkan
pada ibu bahwa keadaan darurat, peralatan medic dan personil siap untuk
menolong persalinan ibu.
Langkah-langkah
khusus:
a.     
Posisi ibu di ubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha
untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah
jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat
b.     
Oksigen
di berikan melalui masker muka 6liter per menit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. Oksitosin di hentikan, karena
kontraksi uterus akan menganggu curahan darah ke ruang intervilli
c.      
Hipotensi
di koreksi dengan infus intravena dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat.
Transfusi darah dapat  diindikasikan pada
syok hemoragik
d.     
Pemeriksaan
pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan
persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut dapat merupakan suatu prosedur
yang bermanfaat.
e.      
Pengisapan
mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekonium.
Segera setelah kepala bayi lahir,hidung dan mulut di bersihkan dari mekonium
dengan kateter pengiap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha unutuk menyingkirkan mekonium dengan
pipa endotrakeal
f.      
Jika
denyut jantung janin diketahui tidak normal dengan atautanpa kontaminasi
mekonium pada cairan amnion, lakukan hal sebagai berikut: jika sebab dari ibu
diketahui (seperti demam, obat-obatan) : mulailah penanganan yang sesuai; jika
sebab dari ibu tidak di ketahui dan denyutjantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi.
g.     
Lakukan
pemeriksaan dalam untuk mencaripenyebab gawatjanin: jika terdapat perdarahan dengan
nyeri yang hilang timbul atau menetap pikirkan solusio plasenta; jika terdapat
tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina berbau tajam) berika antibiotika
untuk amnionitis; jika tali pusat terletak dibawah janin atau dalam vagina
lakukan penanganan prolaps tali pusat; jika denyut jantung janin tetap abnormal
atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan
amnion)
h.     
Rencanakan
persalinan: jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin lebih dari 1/5 di
atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0
lakukan persalinan dengan ekstrasi vakum atau forceps; jika serviks tidak
berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis
atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0 lakukan dengan
secsio sesarea.
I.      
Prolaps
Tali Pusat
Ada berbagai macam letak tali pusat, yaitu:
Ø  Tali pusat tersembunyi (occult) : berada di samping bagian terbawah
janin, ketuban masih utuh
Ø  Tali pusat letak terkemuka: tali pusat mendahului bagian terbawah
janin, ketuban masih utuh
Ø  Prolaps tali pusat: tali pusat mendahului bagian terbawah janin,
ketuban sudah pecah
1.     
Faktor
Resiko:
a.      
Janin
dengan malpresentasi
b.     
Presentasi
kepala yang masih tinggi
c.      
Ketuban
pecah dini
d.     
Plesenta
previa
e.      
Janin
kembar
f.      
Tali
pusat panjang
2.     
Tanda
dan Gejala
a.      
Bradikarida
b.     
Ketuban
pecah dini 
c.      
Pada
pemeriksaan teraba tali pusat pada vagina atau tampak keluar dari vagina
3.     
Penanganan:
a.      
Monitor
presentasi dan posisi janin 
b.     
Observasi
Denyut Jantung janin/DJJ
c.      
Lakukanpemeriksaan
per vaginam untuk pembuktian adanya prolaps
d.     
Pertahankan
tirah baring total
e.      
Hindari
kompresi atau penekanan tali pusat dengan meninggalkan bagian presentasi sampai
melahirkan atau mengatur posisi kneechest/trendelenburg,
pasang dower kateter, masukan cairan
NaCl sekitar 500cc ke dalam kandung kemih untuk membantu meninggikan bagian
presentasi.
f.      
Pasang
infuse (IFVD)
g.     
Damping
klien
h.     
Berikan
oksigen 8-10 liter/menit
i.       
Tutup
tali pusat yang keluar dengan kompres NaCl 0,9%
j.       
Moniytor
tanda-tanda ketuban pecah dini, pembukaan, tanda-tanda CPD dan presentasi
k.     
Persiapan
tindakan SC
l.       
Lakukan
pemeriksaan vagina secara steril, bila tali pusat keluar, pertahankan posisi
tangan untuk menahan penekanan kepala sampai dilakukan SC.
Daftar Pustaka
Maryunani,
Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Prawirohardjo
Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan.
Jakarta: PT.Bina Pustaka
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti.
2010. Asuhan Kebidanan IV ( patologi kebidanan).Jakarta: CV. Trans Info
Media
Yulianti, Devi. 2006. Manajemen
Komplikasi Kehamilan dan Persalinan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar