A.     
Definisi
Emboli air ketuban
adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban.
Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang terdapat di dalam
pembuluh darah. 
Emboli air ketuban
merupakan masuknya cairan ketuban dan komponen-komponennya ke dalam sikulasi
darah ibu. Komponen tersebut berupa unsur-unsur yang ada dalam air ketuban,
misalnya lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin
dan musin atau cairan kental.
Emboli cairan ketuban
merupakan salah satu penyebab syok dalam kebidanan yang bukan disebabkan karena
perdarahan, penyebabnya adalah masuknya air ketuban melalui vena endoserviks
atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta. 
                Emboli cairan ketuban ditemukan
oleh Meyer pada tahun 1926 dari hasil pemeriksaan postmortem. Pada tahun 1947
diuraikan sindrom klinisnya oleh Steiner dan Lusbaugh. Mereka memperlihatkan
bahwa masuknya cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara mendadak ke
dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian (fatal).
Dahulu, emboli cairan ketuban didiagnosa melalui pemeriksaan
histology hanya setelah pemeriksaan postmastem, tetapi kini diagnose kadang
ditegakkan sebelum kematian. Gejala embolisme cairan amnion meliputi kolaps
ketika mengalami kontraksi hebat, syok tanpa perdarahan, disphenea mendadak,
dan produksi sputum berbuih. Penanganan bersifat suportif, dengan steroid,
ekspansi plasma intravena, dan kelahiran segera. Kedaruratan obstetri ini
jarang dijumpai, namun memiliki prognosis buruk bagi ibu maupun janin, biasanya
karena keterlambatan mendiagnosis.
B.     
Epidemologi
Emboli air ketuban
adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam
kehamilan. Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 – 1 : 30.000 dan sampai saat ini
mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%. Meskipun telah
diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal-hal yang dapat
menurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian
ketiga di Negara berkembang.
C.     
Etiologi
Patofisiologi belum
jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi
maternal yang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi paru dan menyebabkan:
1.      
Kegagalan perfusi secara massif
2.      
Bronchospasme
3.      
Renjatan
4.      
Akhir-akhir ini diduga bahwa
terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin yang masuk
ke dalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.
D.     
Faktor Risiko
Emboli air ketuban
dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada
saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%).
Faktor Risiko:
1.      
Multipara
2.      
Solusio plasenta
3.      
IUFD
4.      
Partus presipitatus
5.      
Suction curettahge
6.      
Terminasi kehamilan
7.      
Amniosentesis
E.      
Gambaran Klinik
Pasien dapat
memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala
dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau
menjelang akhir persalinan, pasien batuk-batuk, sesak, terengah-engah dan
kadang ‘cardiac arrest’.
Menurut Steiner dan Lusbaugh tanda dan gejalanya yaitu syok yang
dalam yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga oleh wanita yang proses
persalinannya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit,
khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat
besar, mungkin sudah meninggal, dan dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan kepada kemungkinan ini (emboli cairan ketuban).  Jika shock juga  didahului dengan gejala mengigil, yang
diikuti oleh dyspne, cyanosis, vomitus, gelisah dll. Dan disertai penurunan
tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat, maka gambaran
tersebut menjadi lebih lengkap lagi. 
Jika muncul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit
jantung, diagnosis emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan
        F. Diagnosis
Diagnosis pasti dibuat postmortem
dan dijumpai adanya epitel skuamosa janin dalam vaskularisasi paru. Konfirmasi
pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam
bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan pada situasi akut
tidak ada temuan klinis atau laboratoris untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnose emboli air ketuban, diagnose adalah secara klinis dan per
eksklusionum.
Diagnosis diferensial;
1.        
Emboli thrombotic pulmoner
2.        
Emboli udara
3.        
Emboli lemak
4.        
Aspirasi muntahan
5.        
Eclampsia
6.        
Reaksi obat anesthesia
7.        
Cerebrovascular accident
8.        
Kegagalan jantung kongestif
9.        
Shock homorrhagik
10.     
Rupture uteri
11.     
Inversion uteri
G. Penatalaksanaan
Tujuan pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi
pulmoner, peningkatan perfusi jaringan, peredaan bronchospasme,penggendalian
pendarahan dan tindakan suportif umum.
1.      
Oksigen diberikan dengan
tekanan untuk meningkatkan oksigenasi.
2.      
Antispasmodic dan vasodilator
seperti papaverin, aminophyllin dan trinitroglyserin dapat menolong.
Isoproterenol meningkatkan ventilasi pulmoner dan bronchospasme.
3.      
Defek koagulasi harus dikoreksi
dengan menggunakan heparin atau fibrinogen.
4.      
Darah segar diberikan untuk
memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan
berlebihan bagi sirkulasi darah.
5.      
Digitalis berkhasiat kalau
terdapat kegagalan jantung. Dapat juga diberikan Morphin 0.01-0.02 subcutan
atau Atropis 0.001-0.003 IV, perlahan-lahan dan papaverin 0.004 IV.
6.      
Eksplorasi uterus secara manual
dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri atau retensio plasenta.
7.      
Hidrocortison diberikan baik
untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu maupun bagi khasiat
inotropiknya.
Cara Masuknya
cairan ketuban
Dua tempat utama
masuknya cairan ketuban  kedalam
sirkulasi  darah maternal adalah vena
endoservical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah
uteroplacental.  Rupture uteri
meningkatkan kemungkinan masuknya cairan ketuban.  Abruption placenta merupakan peristiwa yang
sering dijumpai; kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode
emboli.  
Pathogenesis 
                Mekanisme yang tepat tidak
diketahui.  Dikemukakan dua teori : (1)
adanya blockade mekanis yang amat besar pada pembuluh-pembuluh darah pulmunalis
oleh emboli partikel bahan dalam cairan ketuban, khususnya meconium.  (2) adanya reaksi anafilaktik terhadap partikel
bahan tersebut.  
                Tiga aspek utama pada sindrom
ini mungkin dihasilkan oleh gabungan proses mekanis dan spastic.  
1.      
Penurunan mendadak jumlah darah
yang kembali ke jantung kiri dan berkurangnya output ventrikel kiri yang
menimbulkan kolaps pembuluh darah tepi.
2.      
Hipertensi pulmoner yang akut,
cor pulmonale, dan dekompensasi jantung kanan menghasilkan edeme perifer.
3.      
Aliran darah yang tidak teratur
dengan kekacauan ratio ventilasi/perfusi membawa anoksemia dan hipoksia
jaringan. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya cyanosis, kegelisahan, konvulsi
dan koma.
·        
Paru-paru
1.      
Edema
2.      
Perdarahan alveolar
3.      
Emboli yang tersusun dari
partikel bahan dalam cairan ketuban(skuama, debris amorf, mucin, vernix dan
lanugo)
4.      
Pembuluh darah pulmonalis yang
berdilatasi pada daerah embolisasi
·        
Jantung
Jantung sisi kanan acapkali berdilatasi. Darah yang diaspirasi dari
sisi kanan tersebut memperlihatkan adanya elemen-elemen cairan ketuban
Gangguan
koagulasi
Perdarahan yang terjadi adalah akibat kegagalan koagulasi dan
menurunnya tonus uterus. Faktor yang mungkin menyebabkan gagalnya proses
koagulasi adalah pelepasan thromboplastin ke dalam sirkulasi darah yang
menimbulkan “disseminated intravascular coagulation” sert diikuti oleh
hipofibrinogenemia dan menghasilkan produk degradasi fibrin. Umumnya dijumpai
atonia uteri tetapi sebab yang tepat tidak diketahui.
DAFTAR
PUSTAKA
Chamberlain,
Geoffrey. 2012: ABC Asuhan Persalinan. Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan.
2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu
Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essintia
Medica
Rukiyah AI Yeyeh
dan lia yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV. Jakarta; C. Trans Info Media
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN BBL
EMBOLI AIR KETUBAN
Dosen Pembimbing: Erni
Yuliastuti, M.Kes

KELOMPOK: 11
ANGGOTA:
Hafizah Khairina
Raihanah
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN III A
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar