Selasa, 21 Januari 2014

EMBOLI AIR KETUBAN




A.      Definisi
Emboli air ketuban adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban. Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang terdapat di dalam pembuluh darah.
Emboli air ketuban merupakan masuknya cairan ketuban dan komponen-komponennya ke dalam sikulasi darah ibu. Komponen tersebut berupa unsur-unsur yang ada dalam air ketuban, misalnya lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin dan musin atau cairan kental.
Emboli cairan ketuban merupakan salah satu penyebab syok dalam kebidanan yang bukan disebabkan karena perdarahan, penyebabnya adalah masuknya air ketuban melalui vena endoserviks atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta.
                Emboli cairan ketuban ditemukan oleh Meyer pada tahun 1926 dari hasil pemeriksaan postmortem. Pada tahun 1947 diuraikan sindrom klinisnya oleh Steiner dan Lusbaugh. Mereka memperlihatkan bahwa masuknya cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara mendadak ke dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian (fatal).
Dahulu, emboli cairan ketuban didiagnosa melalui pemeriksaan histology hanya setelah pemeriksaan postmastem, tetapi kini diagnose kadang ditegakkan sebelum kematian. Gejala embolisme cairan amnion meliputi kolaps ketika mengalami kontraksi hebat, syok tanpa perdarahan, disphenea mendadak, dan produksi sputum berbuih. Penanganan bersifat suportif, dengan steroid, ekspansi plasma intravena, dan kelahiran segera. Kedaruratan obstetri ini jarang dijumpai, namun memiliki prognosis buruk bagi ibu maupun janin, biasanya karena keterlambatan mendiagnosis.

B.      Epidemologi
Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan. Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 – 1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%. Meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal-hal yang dapat menurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ketiga di Negara berkembang.

C.      Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi paru dan menyebabkan:
1.       Kegagalan perfusi secara massif
2.       Bronchospasme
3.       Renjatan
4.       Akhir-akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin yang masuk ke dalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.

D.      Faktor Risiko
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%).
Faktor Risiko:
1.       Multipara
2.       Solusio plasenta
3.       IUFD
4.       Partus presipitatus
5.       Suction curettahge
6.       Terminasi kehamilan
7.       Amniosentesis

E.       Gambaran Klinik
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan, pasien batuk-batuk, sesak, terengah-engah dan kadang ‘cardiac arrest’.
Menurut Steiner dan Lusbaugh tanda dan gejalanya yaitu syok yang dalam yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga oleh wanita yang proses persalinannya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit, khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar, mungkin sudah meninggal, dan dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan kepada kemungkinan ini (emboli cairan ketuban).  Jika shock juga  didahului dengan gejala mengigil, yang diikuti oleh dyspne, cyanosis, vomitus, gelisah dll. Dan disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat, maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi.  Jika muncul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung, diagnosis emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan

        F. Diagnosis
Diagnosis pasti dibuat postmortem dan dijumpai adanya epitel skuamosa janin dalam vaskularisasi paru. Konfirmasi pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan pada situasi akut tidak ada temuan klinis atau laboratoris untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnose emboli air ketuban, diagnose adalah secara klinis dan per eksklusionum.
Diagnosis diferensial;
1.         Emboli thrombotic pulmoner
2.         Emboli udara
3.         Emboli lemak
4.         Aspirasi muntahan
5.         Eclampsia
6.         Reaksi obat anesthesia
7.         Cerebrovascular accident
8.         Kegagalan jantung kongestif
9.         Shock homorrhagik
10.      Rupture uteri
11.      Inversion uteri

G. Penatalaksanaan
Tujuan pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi pulmoner, peningkatan perfusi jaringan, peredaan bronchospasme,penggendalian pendarahan dan tindakan suportif umum.
1.       Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan oksigenasi.
2.       Antispasmodic dan vasodilator seperti papaverin, aminophyllin dan trinitroglyserin dapat menolong. Isoproterenol meningkatkan ventilasi pulmoner dan bronchospasme.
3.       Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin atau fibrinogen.
4.       Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan bagi sirkulasi darah.
5.       Digitalis berkhasiat kalau terdapat kegagalan jantung. Dapat juga diberikan Morphin 0.01-0.02 subcutan atau Atropis 0.001-0.003 IV, perlahan-lahan dan papaverin 0.004 IV.
6.       Eksplorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri atau retensio plasenta.
7.       Hidrocortison diberikan baik untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu maupun bagi khasiat inotropiknya.

Cara Masuknya cairan ketuban
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban  kedalam sirkulasi  darah maternal adalah vena endoservical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah uteroplacental.  Rupture uteri meningkatkan kemungkinan masuknya cairan ketuban.  Abruption placenta merupakan peristiwa yang sering dijumpai; kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. 

Pathogenesis
                Mekanisme yang tepat tidak diketahui.  Dikemukakan dua teori : (1) adanya blockade mekanis yang amat besar pada pembuluh-pembuluh darah pulmunalis oleh emboli partikel bahan dalam cairan ketuban, khususnya meconium.  (2) adanya reaksi anafilaktik terhadap partikel bahan tersebut. 
                Tiga aspek utama pada sindrom ini mungkin dihasilkan oleh gabungan proses mekanis dan spastic. 
1.       Penurunan mendadak jumlah darah yang kembali ke jantung kiri dan berkurangnya output ventrikel kiri yang menimbulkan kolaps pembuluh darah tepi.
2.       Hipertensi pulmoner yang akut, cor pulmonale, dan dekompensasi jantung kanan menghasilkan edeme perifer.
3.       Aliran darah yang tidak teratur dengan kekacauan ratio ventilasi/perfusi membawa anoksemia dan hipoksia jaringan. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya cyanosis, kegelisahan, konvulsi dan koma.

·         Paru-paru
1.       Edema
2.       Perdarahan alveolar
3.       Emboli yang tersusun dari partikel bahan dalam cairan ketuban(skuama, debris amorf, mucin, vernix dan lanugo)
4.       Pembuluh darah pulmonalis yang berdilatasi pada daerah embolisasi

·         Jantung
Jantung sisi kanan acapkali berdilatasi. Darah yang diaspirasi dari sisi kanan tersebut memperlihatkan adanya elemen-elemen cairan ketuban

Gangguan koagulasi
Perdarahan yang terjadi adalah akibat kegagalan koagulasi dan menurunnya tonus uterus. Faktor yang mungkin menyebabkan gagalnya proses koagulasi adalah pelepasan thromboplastin ke dalam sirkulasi darah yang menimbulkan “disseminated intravascular coagulation” sert diikuti oleh hipofibrinogenemia dan menghasilkan produk degradasi fibrin. Umumnya dijumpai atonia uteri tetapi sebab yang tepat tidak diketahui.








DAFTAR PUSTAKA

Chamberlain, Geoffrey. 2012: ABC Asuhan Persalinan. Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essintia Medica
Rukiyah AI Yeyeh dan lia yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV. Jakarta; C. Trans Info Media









































ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL
EMBOLI AIR KETUBAN

Dosen Pembimbing: Erni Yuliastuti, M.Kes

kebidanan POLTEKKES.jpg
KELOMPOK: 11
ANGGOTA:
Hafizah Khairina
Raihanah


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN III A
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar