A.          
Pengertian
Persalinan yang
normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung spontan selama 18 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang berlebih
pada ibu dan anak.
Distosia atau
persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat. Jika
persalinan tidak berjalan dengan normal, janin atau bayi yang baru lahir akan
mengalami masalah.
Jadi distosia
tenaga adalah his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
Distosia
merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara:
1.    Kelainan
tenaga persalinan. Kekuatan his yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan
baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan serviks (uterin dysfunction)
serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
2.    Kelainan
presentasi-posisi dan perkembangan janin.
3.    Kelainan
pada tulang panggul (kesempitan panggul)
4.    Kelainan
jaringan lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin
Secara sederhana, kelainan diatas
dapat secara mekanis dikelompokkan ke dalam 3 golongan :
1.    Kelainan POWER                :
kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran 
2.    Kelainan PASSANGER       : keadaan
janin 
3.    Kelainan PASSAGE                        :
keadaan panggul 
B.           
Etiologi
Kelainan his
sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uteri sering dijumpai
pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula
peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan) mempengaruhi
kelainan his. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his inersia uteri,
ialah apabila bahwa janin tidak berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim
ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin
dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis unikolis
dapat pula mengakibatkan kelainan his.
C.           
Penanganan
Dalam menghadapi
persalinan lama dilakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari
sebab-sebabnya. Tekanan darah diukur tiap empat jam. Pemeriksaan ini perlu
dilakukan lebih sering apabia ada gejala pre-eklmpsia, denyut jantung janin
dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.
Kemungkinan juga dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya.
Pada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan
dengan narcosis, hendaknya jangan diberikan makan biasa melainkan dalam bentuk cairan.
Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic secara
intravena berganti-ganti. Bila his mengebabkan rasa sakit yang berlebihan
diberikan injeksi pethidin 50 mg, pada pemulaan kala I dapat diberikan 10 mg
morvin. Berikan antibiotic secukupnya, apalagi kalau ketuban sudah lama pecah.
D.          
Jenis-Jenis Kelainan
His
1.    Inersia
Uteri
Di sini his
bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan
umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan
berlangsung terlalu lama. Dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalis
janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau
timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan
inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan
berlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan uterus, maka
inersia uteri sekunder seperti digambarkan di bawah jarang ditemukan, kecuali
pada ibu yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan. Dalam menghadapi
inersia uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap
yang harus diambil. Jangan lakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat
lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai
terapi aktif.
Diagnosis
inersia uteri paling sulit ditagakkan pada masa leten. Kontraksi uterus yang
disertai dengan rasa nyeri, tidak cukup untuk untuk menjadi dasar utama
diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini
diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada
serviks yakni pendataran dan atau pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah
mengobati seorang penderita untuk inersia uteri padahal persalinan belum mulai
(false labour).
2.    His
Terlampau Kuat
His terlampau
kuat atau disebut juga hypertonic uterine
contraction. Walaupun pada golongan coordinated
hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu
yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan
partus presipitatus yang ditandai oleh sifat yang normal, tonus otot di luar
his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir,
khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
Batas antara
bagian atas dan segmen bawah rahim atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas
dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran ini dinamakan lingkaran retraksi
patologikatau Lingkaran Bandl. Ligamenta rotunda menjadi tegang serta lebih
jelas teraba, penderita merasa nyeri terus-menerus dan menjadi gelisah.
Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus
melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat menyebabkan terjadinya rupture
uteri.  
3.    Incoordinate
Uterin Action
Di sini sifat
his berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah,
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Di samping itu,
tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama
bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut
sebagai incoordinated hypertonic uterine
contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah
lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga
terjadi peyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran
kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi
di mana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan
segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan
dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan
ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya
tidak mungkin mengenalkelainan ini dengan pasti. Ada kalanya persalinan tidak
maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan
ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau
serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinated uterine action. Penderita
biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas
pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala
teru-menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat
mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia
servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organic pada serviks, misalnya
karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek
dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap
ibu yang pernah operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di
rumah sakit
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. ILMU KEBIDANAN edisi4 cetakan2. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti.
2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 (patologi). Jakarta : CV Trans Indo Media
Sujiyatini, dkk. 2009. ASUHAN PATOLOGI KEBIDANAN plus contoh asuhan
kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika.
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BBL
DISTOSIA TENAGA
DOSEN PEMBIMBING: 
KELOMPOK: 1
ANGGOTA:
ANGGRAINI PUTRI PERTIWI
ZAITUN RAHMAWATI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN III A
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar