Selasa, 21 Januari 2014

DISTOSIA TENAGA




A.           Pengertian
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan selama 18 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang berlebih pada ibu dan anak.
Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat. Jika persalinan tidak berjalan dengan normal, janin atau bayi yang baru lahir akan mengalami masalah.
Jadi distosia tenaga adalah his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara:
1.    Kelainan tenaga persalinan. Kekuatan his yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan serviks (uterin dysfunction) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
2.    Kelainan presentasi-posisi dan perkembangan janin.
3.    Kelainan pada tulang panggul (kesempitan panggul)
4.    Kelainan jaringan lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin
Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan ke dalam 3 golongan :
1.    Kelainan POWER                : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran
2.    Kelainan PASSANGER       : keadaan janin
3.    Kelainan PASSAGE                        : keadaan panggul
B.            Etiologi
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan) mempengaruhi kelainan his. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his inersia uteri, ialah apabila bahwa janin tidak berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his.
C.            Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama dilakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya. Tekanan darah diukur tiap empat jam. Pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabia ada gejala pre-eklmpsia, denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan juga dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Pada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narcosis, hendaknya jangan diberikan makan biasa melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic secara intravena berganti-ganti. Bila his mengebabkan rasa sakit yang berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg, pada pemulaan kala I dapat diberikan 10 mg morvin. Berikan antibiotic secukupnya, apalagi kalau ketuban sudah lama pecah.
D.           Jenis-Jenis Kelainan His
1.    Inersia Uteri
Di sini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama. Dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalis janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan uterus, maka inersia uteri sekunder seperti digambarkan di bawah jarang ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Jangan lakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit ditagakkan pada masa leten. Kontraksi uterus yang disertai dengan rasa nyeri, tidak cukup untuk untuk menjadi dasar utama diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan atau pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia uteri padahal persalinan belum mulai (false labour).
2.    His Terlampau Kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. Walaupun pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang ditandai oleh sifat yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bawah rahim atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran ini dinamakan lingkaran retraksi patologikatau Lingkaran Bandl. Ligamenta rotunda menjadi tegang serta lebih jelas teraba, penderita merasa nyeri terus-menerus dan menjadi gelisah. Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat menyebabkan terjadinya rupture uteri. 
3.    Incoordinate Uterin Action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Di samping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai incoordinated hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi peyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi di mana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenalkelainan ini dengan pasti. Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinated uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala teru-menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organic pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap ibu yang pernah operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit








DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. ILMU KEBIDANAN edisi4 cetakan2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 (patologi). Jakarta : CV Trans Indo Media
Sujiyatini, dkk. 2009. ASUHAN PATOLOGI KEBIDANAN plus contoh asuhan kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika.














ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL
DISTOSIA TENAGA
DOSEN PEMBIMBING:
KELOMPOK: 1
ANGGOTA:
ANGGRAINI PUTRI PERTIWI
ZAITUN RAHMAWATI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN III A
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar