Selasa, 21 Januari 2014

GAYA HIDUP YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN



Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh ahli psikolog Austria, Alfred Adler pada 1929. Dalam bidang sosiologi, gaya hidup ialah cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, bahasa, kebiasaan, daln lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain. Dalam pembahasan kali ini, gaya hidup yang dimaksudkan adalah gaya hidup pada ibu hamil yang dapat menimbulkan efek negatif pada bayinya maupun dirinya sendiri. Gaya hidup dalam kaitannya terhadap ibu hamil dibahas dalam substance abuse

Substance Abuse
Substance Abuse, didefinisikan sebagai pola psikoaktif dari penggunaan zat/bahan yang beresiko bagi kesehatan. Pola psikoaktif dapat berupa, terkadang hanya mencoba-coba penyalahgunaan pemakaian obat, ataupun gejala adiksi (ketergantungan).
Zat /  bahannya dapat berupa kafein, tembaku, alkohol dan obat-obatan terlarang (marijuana, kokain, oplate/narkotik, ampetamin, heroin)
1.    Kafein
Kafein dapat meningkatkan detak jantung dan metabolisme pada tubuh ibu, yang dapat menimbulkan stress yang nantinya mengganggu perkembangan janin. Kafein dapat juga menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan lekas marah.
Kafein berdampak pada janin karena dapat masuk ke dalam peredaran darah janin melalui plasenta. Dampaknya, yaitu:

a.    Keguguran
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sedikitnya dua cangkir kopi setiap hari dapat beresiko keguguran dua kali lipat. Sebuah studi oleh McGill universitas Montreal menunjukkan hubungan antara konsumsi kafein dan keguguran.

b.    Berat lahir rendah
Banyak peneliti mengatakan minum kafein dosis tinggi dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah. Sebuah studi di Yogyakarta, membandingkan berat badan bayi baru lahir antara ibu yang mengkonsumsi  71-140 mg kafein dengan ibu yang mengkonsumsi kafein 0-10 mg. Ibu yang mengkonsumsi  71-140 mg memberikan bayi dengan berat seperempat lebih kecil ketimbang bayi yang dilahirkan ibu lain.

c.    Syndrom kematian bayi mendadak (SIDS)
Menurut laporan dalam arsip penyakit pada anak-anak, ibu hamil yang minum lebih dari 4 cangkir kopi setiap hari dapat menyebabkan sudden infant death syndrome (SIDS). Menurut dokter dr. Ai Steinchneider, kafein dapat mengganggu sistem pernafasan bayi yang dapat menyebabkan bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Pada bayi baru lahir dapat mengalami sistem pernafasan yang rentan terhadap infeksi dan stres.

d.    Detak jantung (heart rate) meningkat
Kafein juga dihubungkan dengan detak jantung yang tidak normal pada bayi baru lahir. Pamela  Schuetze dan Philip Zeskind menguji hubungan antara konsumsi kafein dengan detak jantung. Mereka menemukan jumlah intake konsumsi kafein yang lebih tinggi berhubungan dengan rata-rata detak jantung yang lebih tinggi.
Kafein dengan dosis tinggi sering menyebabkan tachicardi pada janin. Selain itu pada ibu dengan mengkonsumsi kafein yang banyak bayi akan mengalami gangguan tidur dan gangguan emosi. Wanita yang mengkonsumsi kafein sebanyak 500 mg sehari (5 cangkir kopi) akan mengalami sakit kepala, mual, letargi, saat kafein dihentikan. Sedangkan wanita yang mengkonsumsi  > 600mg sehari terjadi peningkatan kejadian abortus spontan.
Kafein akan mengganggu sistem syaraf ibu. Kafein memiliki efek diuretik. Kafein dapat mengambil cairan dan kalsium dari tubuh yang diperlukan untuk kesehatan janin dan ibu hamil. Kafein cenderung akan merusak selera makan untuk mengkonsumsi makanan lain yag bergizi. Dan tidur yang cukup. Kafein juga turut campur dalam penyerapan zat besi kedalam tubuh sebanyak 40% dimana zat besi inidiperlukan baik ibu maupun bayi.

2.    Tembakau (Perokok)
Ibu yang merokok selama kehamilan sering mengandung bayi lebih kecil daripada yang tidak merokok. Ibu yang merokok mempunyai angka lebih besar terhadap ketidak berhasilan kehamilan karena meningkatnya kematian perinatal.
Berdasarkan bukti-bukti penelitian telah dijelaskan efek-efek merokok yang merugikan bagi ibu hamil:
·         Efek dari tembakau dapat menyebabkan angka kejadian SGA, berat plasenta yang rendah, abortus spontan, malformasi kongenital terutama defect neural tube, masalah pernafasan pada BBL dan bayi.
·         Penggunaan tembakau ini biasanya melalui rokok. Merokok dapat menyebabkan kelahiran sebelum waktunya atau preterm, keguguran yang tiba-tiba, abruptio plasenta, ruptur dan vasokontriksi yang disebabkan oleh bertambahnya nikotin dalam tubuh, yang didukung juga oleh faktor lain, yaitu bahan-bahan kimia lain yang terkandung dalam rokok.
·         Dengan berhenti merokok selama 16 minggu kehamilan bisa menjadi lebih baik.
·         Penggunaan tembakau dengan dikunyah juga dapat menimbulkan efek yang sama merugikan bagi tubuh.
·         Selama masa laktasi merokok sebanyak lebih dari 20 batang sehari akan mempengaruhi produksi ASI dan bayi akan menelan nikotin melalui ASI dan sebagai perokok pasif.

3.    Alkohol

Sifat dari alkohol adalah sistem saraf pusat diabsorpsi di paru-paru dan gastrointestinal, dimetabolisme dalam liver. Dampak yang diakibatkan karena mengkonsumsi alkohol diantaranya teratogenik, fetal alkohol, syndrom, kerusakan janin pada awal kehamilan, kelainan pertumbuhan, disfungsi SSP (80% IQ dibawah standar), wajah abnormal, jantung abnormal.
Campuran etanol yang ada dalam alkohol masuk melalui plasenta dengan cara difusi dan bercampur masuk keperedaran darah janin. Hal ini dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi ibu dan janin, berkembangnya kejadian fetal alcohol syndrom (FAS), efek ini muncul saat kehamilannya memasuki usia 3 bulan pertama.
Kemampuan metabolisme peminum berat alkohol selama masa hamil berbeda-beda, sehingga ada pula yang terbebas dari sindrom ini. Waktu mengkonsumsi alkohol juga mempengaruhi efek yang ditimbulkan pada janin. Alkohol yang dikonsumsi selama proses organogenesis dan sensitifitas genetik juga dapat berperan. Wanita hamil yang mengkonsumsi satu gelas atau lebih per hari beresiko mengalami abortus spontan sampai dua kali lipat (Harlap & Shono, 1980) dan setiap dua gelas alkohol yang dikonsumsi dikehamilan tahap lanjut akan membuat berat lahir berkurang sebanyak 160 gram (little, 1997).
Alkohol yang diakui sebagai teratogen paling utama didunia barat (Abel & Sokol, 1988). Dalam tahun 1973 dan 1974, Jhones dkk, mengemukakan suatu pola retardasi pertumbuhan prenatal serta postnatal yang sering dijumpai dengan cacat kardiovaskuler, ekstremitas dan kranofasial yang khas diantara anak-anak yang dilahirkan oleh ibu alkoholik. Ciri-ciri fasial yang khas mencakup fisura palpebra yang pendek, hidung pendek dan mendongak, maksila mendatar, bibir atas tipis. Anak-anak tersebut selanjutnya memperhatikan gangguan fungsi motorik yang halus dan kasar serta gangguan bicara dan memiliki IQ yang rendah.
Konsumsi alkohol merupakan penyebab retardasi mentalyang paling sering ditemukan (Charen dan Smith, 1978). Oleh karena itu, anjuran terbaik bagi wanita hamil atau wanita yang menginginkan kehamilan adalah melakukan pantang terhadap semua jenis alkohol.
Minum alkohol (walaupun dalam jumlah kecil) secara teratur selama masa kehamilan dapat mengganggu kesehatan ibu dan bayi minum dalam jumlah besar dapat mengakibatkkan peminum alkohol kronik yang sedang hamil dapat merugikan kesehatan janin dalam rahimnya, seperti:
·         Berat badan lahir rendah
·         Ukuran kepala yang terlalu kecil dibanding tubuhnya
·         Keadaan muka yang rata
·         Kelemahan sendi-sendi
·         Abortus
·         Sindroma alkohol pada bayi (fetal alcohol syndrome / FAS), yaitu suatu sindrom dengan gambaran wajah yang abnormal pertumbuhan yang terhambat (baik selama dalam kandungan maupun setelah lahir), kelainan otot, tulang yang tidak normal, kerusakan jantung, masalah perilaku dan kecacatan intelektual karena tidak berfungsinya SSP dengan berbagai tingkat keparahan, merupakan akibat dari konsumsi alkohol berlebihan selama masa hamil dan merupakan penyebab retardari mental congenital. Ketika anak FAS beranjak dewasa, pemikiran yang abstrak serta adanya masalah psikososial.

4.    Marijuana
Bahan yang dihisap seperti rokok ini memiliki kandungan yang lebih tinggi daripada rokok sehingga bagi wanita akan mengakibatkan kegangguannya sel telur, hambatan untuk hamil dan terhambatnya proses kelahiran serta dorongan seksual yang menurun.
Marijuana, kokain dan obat-obatan terlarang lainnya dapat mempengaruhi sperma, janin serta kesuburan. Bahan perekat yang mengandung benzena atau cluene dapat mempengaruhi perkembangan fetus, terutama bagian otak. Disamping itu bayi yang dilahirkan oleh wanita pengguna obat-obatan terlarang akan menunjukkan gejala-gejala pecandu pada saat dilahirkan, yang tentu saja menyedihkan, sulit diobati dan bisa menyebabkan kematian.
Efek marijuana, obat terlarang yang paling umum atau amfetamin belum diketahui tetappi penggunaan marijuana dalam kehamilan menyebabkan meningkatnya denyut jantung, hipotensi, kejadian hyperemesis meningkat dan pernafasan akut pada ibu. Efek pada bayinya antara lain: BBLR, efek toksik pada janin, sistem endokrin janin terganggu dan terganggunya fungsi plasenta.

5.    Kokain
Kokain merupakan stimulan sistem syaraf pusat yang mempengaruhi bagian otak yang mengatur pusat kesenangan, yang dipakai secara oral, melalui intervena dan dihisap. Zat ini membangkitkan impuls saraf terus menerus (melepas potensial aksi). Kokain ini menimbulkan rasa senang, menyebabkan vasokontriksi peningkatan denyut jantung dan suhu tubuh, ilusi mental muncul dan anastesi lokal. Namun euphoria, energia dan efek afrodisiak akan berubah menjadi rasa cemas, rasa lemah dan depresi.
Kokain sangat berbahaya bagi pertumbuhan janin. Hal ini dihubungkan dengan vasokontriksi yang menyebabkan hipertensi, cardiac iskhemik, aborsi sponta, IUFD dan abrupsio plasenta, kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR), mikrosefalus, cacat congenital dan saluran reproduksi serta urine yang tidak normal.

6.    Opiates (narkotik)
Penggunaan opiates dalam kehamilan dapat menyebabkan IUGR. Kelahiran prematur dan kematian bayi, ibu akan menolak kehamilannya dan menyebabkan stres pada janin bahkan sampai kematian.
Bayi baru lahir dari ibu pengguna opiates saat hamil harus siap menerima akibat fatal yaitu syndrome narkotik, syndrome ini juga akan dialami oleh bayi. Opiates (narkotik) ini digunakan dengan cara disuntikkan melalui IV, wanita yang menggunakan jenis obat ini juga akan beresiko terkena HIV, hepatitis dan infeksi termasuk endokarditis.

7.    Ampetamin
Ampetamin termasuk obat perangsang yang mempunyai efek hampir sama dengan kokain, berpengaruh pada pengurangan lingkar kepala janin dan meningkatnya resiko terjadinya abruptio plasenta, IUGR, IUFD, hal ini berhubungan dengan vasokntriksi yang disebabkan oleh ampetamin. Penggunaan ampetamin saat hamil juga berhubungan dengan penurunan nutrisi dan berat badan.
Suatu jenis ampetamin baru, metkatinon (“kucing” jalanan), telah beredar dipasaran dan berasal dari laboratorium dimichigan dan wisconsin. Metkatinon adalah obat yang sangat adiktif dengan efek stimulus dua kali kokain. Pada awalnya, obat ini menyebabkan hiperaktifitas, agitasi dan hipotensi (addiction counseling certification board of oregon, 1995).

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan “subtance abuse”:
a.    Gejala dari pengaruh obat-obatan tergantung pada efek obat yang digunakan. Kurangnya asuhan sebelum hamil atau asuhan prakonsepsi dan rendahnya pemahaman wanita berpengaruh terhadap penggunaan obat-obatan terlarang secara ilegal. Dengan pemeriksaan fisik kita dapat mengetahui tanda-tanda dari penggunaan bahan-bahan tersebut.

b.    Setiap wanita hamil harus melewati screening test dari obat-obatan terlarang. Tenaga kesehatan harus menanyakan langsung tentang riwayat penggunaan obat-obatan terlarang melalui wawancara. Anamnesa dimulai dengan penggunaan obat atau zat yang paling umum digunakan (seperti rokok, penggunaan obat-obatan yang berlebihan) sampai ke obat atau zat yang tidak umum digunakan (seperti penggunaan narkotik melalui IV).

c.    Tenaga kesehatan sering segan menanyakan penggunaan alkohol karena takut hal ini akan membuat klien merasa bersalah. Informasi kritis yang didapat bergantung kepada hal yang ditanyakan. Faktor yang menentukan dalam pengumpulan data ini adalah dengan membina hubungan baik dengan klien dan menggunakan cara yang tepat untuk mengenalkan subjek ini. Anamnesa dapat dimulai dengan membicarakan sekitar topik yang akan ditanyakan.

d.    Melalui pemeriksaan psikologi urine positif kita dapat mengetahui obat apa yang baru dipakai. Meningkatnya aliran darah keginjal dapat membersihkan obat-obatan dan metabolisme tubuh meningkat lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

e.    Penyalahgunaan obat-obatan ini cepat menimbulkan pengaruh langsung dan tidak langsung pada janin, sehingga diperlukan pemeriksaan janin melalui USG untuk mengetahui dan melihat pertumbuhan janin, NST, profil biofisik.

f.     Ketika menemukan seorang wanita yang pernah/sedang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol. Hal ini merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan, namun melalui konseling dan asuhan yang adekuat serta kolaborasi antar tenaga kesehatan dapat direncanakan asuhan yang tepat untuk menghentikan kecanduan dari wantia tersebut dan mengurangi faktor resiko bayi pada ibu maupun pada janin.
g.    Ketika efek/bahaya dari penggunaan obat-obatan dan alkohol itu masih berlanjut sampai periode postpartum, maka ibu itu tidak dianjurkan memberikan ASI pada bayinya. Alkohol, kokain, heroin, metadone, diazepam dan marijuana semuanya bisa tercampur dalam ASI, sehingga pemberian ASI kepada bayinya tidak dianjurkan.

h.    Pada dasarnya itulah hal-hal yang penting untuk didiskusikan dengan bidan mengenai penyalahgunaan obat-obatan, dengan cara ini maka setiap ibu hamil dapata memperoleh dukungan sosial untuk menignkatkan kesehatan bayi dan ibunya.

i.      Bidan harus dapat mengetahui wanita pengguna obat-obatan yang dapat meningkatkan resiko yang lebih buruk pada saat melahirkan dengan komplikasi, sehingga dapat menyebabkan keadaan yang membahayakan bayinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar