Kamis, 12 Juni 2014



BAB I
TINJAUAN TEORI PERSALINAN

A.    Pengertian Persalinan Normal
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, selaput ketuban, air ketuban, dan plasenta) yang telah cukup bulan (usia kehamilan 37-42 minggu) atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir (pervaginam) dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kejalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban pecah didorong keluar melalui jalan lahir (Saifudin, 2001).

B.     Lima Benang Merah Dalam Asuhan Dan Kelahiran Bayi
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang  bersih dan aman (JNPK-KR, 2012)
1.         Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menetukan untuk menyelesaikan masalah dan menetukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
2.         Asuhan Sayang Ibu Dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang adalah dengan menanyakan kepada diri kita sendiri “seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan ?” atau “apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Dengan begitu ibu akan mendapatkan rasa aman selama proses persalinan.
3.         Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
4.         Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus meperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan penolong persalinan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan  suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.
5.         Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normalnamun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.

C.    Sebab-Sebab  Timbulnya Persalinan
1.         Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2.         Teori Plasenta Menjadi Tua
Tuanya plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang akan menyebabkan kontraksi rahim.
3.         Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskhemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
4.         Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) . Apabila ganglion ini digeser dan ditekan (misal oleh kepala janin), akan menimbulkan kontraksi uterus.
5.         Induksi Partus
a)    Gagang Laminaria
Beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis servikalis  untuk merangsang fleksus frankenhauser.
b)   Amniotomi
Pemecahan selaput ketuban.
c)    Oksitosin Drip
Pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1.         Power (Tenaga)
a.    His
1)   His palsu/braxton hicks
Kontraksi dinyatak palsu jika kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratus, interval his lama, intensitas his tetap tidak berubah, nyeri hanya terjadi diperut bagian bawah, serviks belum menipis dan membuka dan nyeri biasanya mereda dengan istirahat.
2)   His sejati
His sejati ditandai dengan his/kontraksi yang teratur dan semakin sering, nyeri yang memancar dari pinggang keperut bagian bawah, intensitas kontraksi semakan lama semakain bertambah kuat, kontraksi menyebabkan pembukaan serviks, kontraksi dimulai dari salah satu cornus/tanduk rahim, kekuatan/puncak his terjadi di fundus uteri, kekuatannya seperti gerakan memeras isi rahim, dan otot yang berkontraksi tidak kembali kepanjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembukaan segmen bawah rahim.
b.    Kekuatan Ibu
Adalah cara ibu mengedan. Dimulai setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, untuk mendorong janin keluar uterus dan vagina.
2.         Passenger (Isi uterus berupa janin, selaput ketuban, cairan amnion, dan plasenta)
Saat periksa dalam perhatikan bagian apa yang ada dibawah, letak janin, presentasi janin, dan posisi janin, yang sering menghambat jalannya kelahiran dari pihak passenger ini biasanya janin.
Bagian yang paling keras dan keras dari janin adalah kepala janin. Tulang tengkorak yang berhubungan satu sama lain dan berbatas disebut sutura pada tengkorak.
a.    Sutura Sagitalis : menghubungkan os parietal kiri dan kanan
b.    Sutura Koronaria : menghubungkan os parietal dengan os frontalis
c.    Sutura Lamboidea : menghubungkan os parietal dan os oksipitalis
d.   Sutura Frontalis : menghubungkan kedua os frontalis
Fontanella (ubun – ubun) yang terdapat pada tengkorak:
a.    Fontanella minor ( UUK) terbentuk segitiga, pertemuan antara sutura sagitalis, bersilang antara sutura lamboidea.
b.    Fontanella mayor (UUB) berbentuk segiempat panjang, terdapat ditempat sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.
Plasenta berbentuk bundar, diameter 15 – 20 cm, tebal 2 – 3 cm, berat 500 – 600 gram, letak placenta yang normal biasanya pada korpus uteri bagian depan atau belakang ke arah fundus uteri, jumlah air ketuban 1 – 1,5 liter.
3.         Passage (jalan lahir)
a.    Jalan lahir keras
1)   Pintu atas panggul
Merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk dari promontorium, tulang sakrum, linea terminalis, dan pinggir atas simpisis. Jarak antara simpisis ke promontorium kurang lebih 11 cm yang disebut conjugate vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5-13 cm yang disebut diameter transversa. Empat macam bentuk panggul menurut Caldwell dan Moloy adalah:
a)    Jenis ginekoid
Bentuk yang paling baik, karena dengan bentuk panggul yang hampir bulat memungkinkan kepala bayi mengadakan penyesuaian saat proses persalinan.
b)   Jenis android
Ciri jenis ini adalah bentuk pintu atas panggulnya hampir seperti segitiga.
c)    Jenis platipeloid
Seperti ginekoid, hanya mengalami penyempitan pada muka belakang.
d)   Jenis anthropoid
Bentuknya lonjong seperti telur.
2)   Kavum pelvik
Kavum pelvik berada diantara PAP dan PBP dan terdiri dari dua bagian penting, yaitu:
a)    Bidang dengan ukuran terbesar (bidang terluas panggul)
b)   Bidang dengan ukuran terkecil (bidang tersempit panggul)
3)   Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang dasar, tetapi tersusun atas dua bidang yang masing-masing berbentuk segitiga. Bidang pertama dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera os.ischii dengan ujung tulang sacrum, dan bidang kedua dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os.ischii dengan bagian bawah simpisis. Pinggir bawah simpisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arcus pubis), dalam keadaan normal sudutnya sebesar 90°, bila kurang dari itu maka kepala bayi akan sulit untuk dilahirkan.
Ukuran-ukuran panggul luar:
1)   Distansia spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra, jaraknya 24-26 cm.
2)   Distansia kristarum
Jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka kanan dan kiri, jaraknya 28-30 cm.
3)   Konjugata eksterna / boudelogue
Merupakan jarak antara bagian atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal 5, jaraknya 18-20 cm.
4)   Distansia intertrokantrika
Merupakan jarak antara kedua trokanter mayor
5)   Distansia tuberum
Jarak antara tuber ischiadika kanan dan kiri. Untuk mengukurnya dipakai jangka panggul Osceander, jaraknya 10,5 cm.
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai mana bagian terendah janin turun kepanggul pada persalinan, terdiri 4 bidang.
1)   Bidang Hodge I
Adalah bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium (sama PAP)
2)   Bidang Hodge II
Bidang ini sejajar dengan Hodge I dan setinggi bagian bawah simfisis
3)   Bidang Hodge III
Bidang ini sejajar dengan Hodge I, dan II serta setinggi spina ischiadika kiri dan kanan
4)   Bidang Hodge IV
Bidang ini sejajar dengan hodge I, II, dan III serta terletak setinggi os koksigis

b.    Jalan lahir lunak
Jalan lahir lunak terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen (dasar panggul). Dasar panggul adalah diafragma muscular yang memisahkan antara kavum pelvik di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini dibentuk oleh muscular levator ani dan muskulus koksigis, dan seluruhnya ditutupi oleh fasia parietalis. Hiatus urogenitalis adalah celah disebelah depan yang ditembus oleh uretra dan vagina. Hiatus rektalis berada disebelah belakang dan dilalui oleh rectum dan saluran anus. Fungsi dasar panggul adalah menyangga organ-organ dalam panggul.

E.     Tanda-Tanda Permulaan Persalinan (Mochtar, 1998)
1.      Lightening atau Settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida, sedangkan pada multipara tidak begitu terlihat.
2.      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3.      Perasaan ingin sering berkencing atau malah susah kencing (poliksiuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.      Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut fase labour pains.
5.      Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan  sekresinya bertambah bercampur darah (Blood Show)

F.     Tanda-Tanda Inpartu (Kurniawati, 2009)
1.      Penipisan dan pembukaan serviks
2.      Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada seviks (Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
3.      Keluar cairan lendir bercampus darah (Show) melalui vagina
Periksa dalam dilakukan tidak hanya dilakukan untuk menilai pembukaan tetapi juga menilai
1.      Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2.      Keadaan serta pembukaan serviks
3.      Kapasitas panggul
4.      Ada atau tidaknya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5.      Sifat flour albus dan apakah ada alat reproduksi yang sakit umpanya, bartholini, ureter dan sebagainya
6.      Pecah atau tidaknya ketuban
7.      Presentasi janin apakah presentasi kepala ataukah presentasi bokong
8.      Turunnya bagian terbawah janin kedalam ruang panggul
9.      Penilaian apakah bagian terbawah janin sudah dapat melewati panggul
10.  Apakah partus telah mulai atau sampai mana partus telah berlangsung

G.    Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut Mochtar. R, 2001 di bagi 4 kala yaitu:
1.         Kala I (kala pembukaan)
Kala I dimulai dari pembukaan serviks 1 cm sampai lengkap 10 cm. Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase.
a.    Fase Laten
1)   Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
2)   Mulai dari pembukaan serviks 1 cm sampai 4 cm.
3)   Kala I biasanya berlangsung ± 8 jam
b.    Fase Aktif
1)   Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontrkasi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. biasanya pertambahan pembukaan 1 cm.
2)   Mulai dari pembukaan serviks 4 cm sampai 10 cm.
3)   Terjadi penurunan bagian terendah janin.
4)   Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu:
a)    Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam mulai pembukaan 4 cm
b)   Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam antara pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c)    Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap.
2.         Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II adalah kala dimana kekuatan his bertambah hinggan ada perasaan mengejan yang menyebabkan janin terdorong keluar.
Kala II mempunyai ciri khas:
a.    His terkoodinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali
b.    Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran
c.    Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya
d.   Perineum terlihat menonjol
e.    Vulva-vagina dan spingter ani membuka
f.     Meingkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm sampai seluruh badan janin lahir. Lama pada kala II ini berbeda antara primi dan multipara.
a.    Kala II pada primipara berlangsung 1,5-2 jam
b.    Kala II pada multipara berlangsung 0,5-1 jam
Jika tanda gejala kala II sudah ada tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran bantu ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usaha ibu meneran. Beri ibu cara cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu beristirahat disetiap kontraksi. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
3.         Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III sebelum plasenta lahir fundus uteri setinggi pusat otot uterus (miometrium) berkontraksi hingga menyebabkan berkurangnya tempat perlekatan plasenta, oleh karna  ini akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina. Lepasnya plasenta ditandai dengan:
a.    Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b.    Tali pusat memanjang
c.    Semburan darah mendadak dan singkat
Dipakai beberapa perasat untuk mendukung tanda terlepasnya plasenta:
a.    Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan tali pusat. Tangan kiri menekan daerah atas simfisis. Bila tali pusat kembali masuk kedalam vagina, artinya plasenta belum lepas
b.    Perasat strassman
Tangan kanan meregangkan tali pusat. Tangan kiri mengetok fundus uteri, bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan artinya plasenta belum lepas
c.    Perasat Klein
Ibu diminta mengedan, tali pusat turun kebawah, jika ibu berhenti mengedan dan tali pusat kembali masuk kedalam vagina artinya tali pusat belum lepas.
4.         Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya.
Pemantauan pada kala IV:
a.    Evaluasi tinggi fundus uteri
Ukur tinggi fundus uteri dengan meletakan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
b.    Memperkirakan kehilangan darah
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakangejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 mL. Bila ibu mengalami syok hipovelemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500). Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan memulai jumlah kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
c.    Memeriksa perdarahan dari perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
Jenis laserasi
1)   Derajat satu, adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum. Laserasi derajat satu tidak perlu dijahit jika tidak perdarahan dan aposisi luka baik.
2)   Derajat dua, adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik rujukan.
3)   Derajat tiga, adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani. Rujuk ke fasilitas rujukan
4)   Derajat empat, adalah laserasi pada mukosa vagina , komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, dan dinding depan rektum. Rujuk ke fasilitas rujukan.
d.   Pencegahan infeksi
Dekontaminasi alat plastik, tempat tidur dengan larutan iodin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan air bersih.
e.    Pemantauan keadaan umum ibu
Selama 2 jam pertama  pasca persalinan
1)   Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
2)   Massase uterus untuk membuat uterus berkontraksi dengan baik setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3)   Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama

H.    Mekanisme Persalinan
1.         Turunnya kepala dalam PAP
Masuknya kepala dalam PAP dan sutura sagitalis terdapat ditengah jalan lahir tepat diantara simpisis dan promontorium synclistismus. Sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati promontorium disebut asyncilstismus.
2.         Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

3.         Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP, serviks, dinding panggul, atau dasar panggul.
4.         Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa. Ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan, sehingga didasar panggul ubun0ubun kecil dibawah simpisis.
5.         Defleksi
Setelah kepala didasar panggul terjadilah defleksi untuk dapat dilahirkan, karena jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas.
6.         Putaran paksi luar
Dengan kekuatan his dan dorongan ibu mengejan lahir berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, muka, dan dagu. Kepala segera mengadakan rotasi kembali ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi sesuai dengan punggung anak.
7.         Ekspulsi
Selanjutnya pegang kepala bayi secara baparental, dengan lembut gerakan  ke arah bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang. Geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu tangan atas menelusuri memegang lengan dan siku atas, setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai atas dan bawah, telunjuk diantara kedua kaki anak, ibu jari melingkar pada siku kaki dan jari lainnya pada kaki yang lain sehingga bertemu telunjuk (Sangga Susur)

I.       Langkah-Langkah Pertolongan Persalinan (JNPK-KR, 2012)
Menurut buku acuan Asuhan Persalinan Normal 2012, asuhan persalinan normal dirumuskan 60 langkah:
MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1.         Mendengar dan melihat tanda Kala Dua Persalinan
a.    Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b.    Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
c.    Perineum menonjol.
d.   Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2.         Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
3.         Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4.         Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5.         Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6.         Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7.         Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8.         Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
9.         Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10.     Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160 kali / menit ).
a.    Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b.    Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
MENYIAPKAN IBU DAN  KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES MENERAN
11.     Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
a.    Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b.    Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12.     Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13.     Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
a.    Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
b.    Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c.    Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d.   Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e.    Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f.     Menganjurkan asupan cairan per oral.
g.    Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h.    Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
14.     Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit
PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15.     Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16.     Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17.     Membuka partus set.
18.     Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kelapa
19.     Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
20.     Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a.    Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b.    Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21.     Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22.     Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23.     Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24.     Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25.     Melakukan penilaian (sepintas):
a.    Apakah bayi cukup bulan?
b.    Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
c.    Apakah bayi bergerak dengan aktif?
26.     Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
27.     Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gamelli).
28.     Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29.     Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30.     Setelah 2 menit sejak lahir, menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
31.     Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
32.     Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)
33.     Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34.     Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35.     Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta.
36.     Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a.    Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kea rah bawah-sejajar-lantai-atas)
b.    Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm
dari vulva.
c.    Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
1)        Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2)        Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
3)        Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4)        Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5)        Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.
37.                        Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Massase) Uterus
38.     Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

MENILAI PERDARAHAN
39.     Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40.     Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.
ASUHAN PASCAPERSALINAN
41.     Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik serta tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42.     Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
Evaluasi
43.     Memastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong.
44.     Mengajarkan ibu /keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi
45.     Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46.     Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik
47.     Memantau keadaan bayi dan memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit)
a.    Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
b.    Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS Rujukan.
c.    Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48.     Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
49.     Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
50.     Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51.     Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
52.     Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
53.     Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54.     Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian mengeringkan dengan handuk bersih dan kering atau tissue.
55.     Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
56.     Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperature tubuh (normal 36,5-37,5°C) setiap 15 menit.
57.     Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58.     Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59.     Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60.     Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda vital dan asuhan Kala IV Persalinan.








DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR (Jaringan Nasional Pelatihan Kerja – Kesehatan Reproduksi). 2012. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Asosiasi Unit Pelatihan Kilin Organisasi Profesi.    
Kurniawati, Desi dan Hanifah Mirzani. 2009.  Obgynacea Obstetri dan ginekologi. Yogyakarta: Tosca Eterprise.
Muslihatun, wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, AY. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta : TIM.
Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheny. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.

















BAB II
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU BERSALIN
DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 16 Mei 2014 Pukul 16.00 WITA
No. RMK 120-58-xx

Identitas
Nama Istri       : Ny. H                                   Nama suami    : Tn. A. B.
Umur               : 20 tahun                               Umur              : 25 tahun
Pendidikan      : SMA                                     Pendidikan     : SMA
Pekerjaan        : Mahasiswa                            Pekerjaan        : Mahasiswa
Agama            : Islam                                     Agama            : Islam
Suku/Bangsa   : Banjar/Indonesia                  Suku/Bangsa   : Banjar/Indonesia
Alamat            : Jl.Kelayan B

Prolog
Ibu datang ke ruang bersalin RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 16 Mei 2014 pukul 16.00 WITA dengan keluhan perut terasa mules sejak tanggal 15 Mei pukul 14.00 WITA dan keluar lendir darah sejak tanggal 16 Mei pukul 12.00 WITA. Ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

Data Subjektif
Ibu merasakan perutnya semakin sakit dan menjalar hingga ke pinggang.

Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 88 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, suhu 36,5o C. TFU 3 jari bawah procesus xphoideus (30 cm), umur kehamilan 40 minggu, situs memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, sudah masuk PAP (divergen) U. DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 140 kali/menit di kuadran kiri bawah perut ibu. His 2 kali dalam 10 menit dengan lama 20-40 detik. VT: portio tebal lunak, Ø 2 cm,  selaput ketuban positif, kepala hodge I. (16 Mei 2014, pukul 16.00 WITA)

Analisa
G1 P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif

Penatalaksanaan
1.    Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi baik, pembukaan 2 cm dan kepala sudah masuk ke jalan lahir: Ibu mengerti.
2.    Menyiapkan alat pertolongan persalinan dan perlengkapan bayi: Alat dan perlengkapan bayi sudah siap.
3.    Memberitahu ibu untuk miring kiri agar kepala cepat turun dan aliran darah yang mengangkut oksigen serta nutrisi dari ibu ke janin lancar: Ibu mengerti dan ibu mengambil posisi miring kiri.
4.    Memberitahu ibu untuk istirahat dan makan serta minum agar ibu mempunyai tenaga untuk meneran saat pembukaan sudah lengkap: Ibu mengerti dan ibu memakan sepotong roti serta segelas teh hangat.
5.    Mengobservasi kemajuan persalinan.
DATA OBSERVASI KALA I FASE LATEN
Tanggal/
Jam
Tanda-Tanda Vital
DJJ
Kontraksi
VT
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
16 Mei 2014/ 16:00 WITA
120/80 mmHg
88x/
menit
36,5° C
140x/
menit
2x/ 10’/ 20-40”
Portio tebal lunak, Ø 2 cm,  selaput ketuban positif, kepala hodge I
16 Mei 2014/ 16:30 WITA

84x/
menit

140x/
menit
2x/ 10’/ 20-40”

16 Mei 2014/ 17:00 WITA

84x/ menit

140x/ menit
2x/ 10’/ 20-40”

16 Mei 2014/ 17:30 WITA

82x/ menit

142x/
menit
2x/ 10’/ 20-40”

16 Mei 2014/ 18:00 WITA

80x/ menit

144x/ menit
2x/ 10’/ 20-40”

16 Mei 2014/ 18:30 WITA

80x/ menit

140x/ menit
3x/ 10’/ 20-40”

16 Mei 2014/ 19:00 WITA

78x/ menit

144x/ menit
3x/ 10’/ 20-40”
                        
16 Mei 2014/
19:30 WITA

80x/
menit

144x/ menit
3x/ 10’/ 20-40”
     

6.    Pada pukul 21.00 WITA tanggal 16 Mei 2014 dilakukan pemeriksaan dengan hasil: tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,6°C. DJJ terdengar jelas dengan frekuensi 140 kali/menit. His 3 kali dalam 10 menit dengan intensitas 20-40 detik. VT: portio tebal lunak, Ø 5 cm, selaput ketuban positif, kepala Hodge II, UUK kiri depan. (Kala 1 Fase Aktif)
7.    Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi baik, pembukaan 5 cm dan kepala sudah semakin turun: Ibu mengerti.
8.    Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yaitu kepala diangkat sedikit, dagu menempel pada dada, mata melihat ke perut, kedua tangan memegang paha dan mengejan tiap kali ada his dan ibu boleh beristirahat jika tidak ada his: Ibu mengerti.
9.    Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu serta menyarankan kepada ibu untuk bersikap tenang agar proses persalinannya berjalan lancar.
10.  Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf (hasil terlampir).
11.  Pada pukul 04.30 WITA tanggal 17 Mei 2014 ibu merasakan ada dorongan ingin meneran dan ingin BAB, hasil pemeriksaan: tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,7°C. DJJ terdengar jelas di kuadran kiri bawah perut ibu dengan frekuensi 142 kali/menit. His 5 kali dalam 10 menit dengan intensitas >40 detik. Terlihat tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka. VT: portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm), kepala Hodge IV, UUK kiri depan, ketuban pecah spontan dan jernih (pukul 04.35 WITA). (Kala II)
12.  Menyiapkan posisi ibu untuk persalinan dengan membantu ibu mengambil posisi setengah duduk dengan kaki ditekuk: Posisi ibu siap.
13.  Mendekatkan alat untuk pertolongan persalinan ke tempat tidur ibu: Alat  sudah siap.
14.  Memakai APD: Penolong sudah memakai APD.
15.  Melakukan kateterisasi karena ibu ingin BAK dan agar kandung kemih kosong. Urine 50cc.
16.  Melakukan episiotomi atas indikasi perineum kaku: episiotomi sudah dilakukan.
17.  Menolong persalinan sesuai APN.
18.  Bayi lahir spontan belakang kepala pukul 04.50 WITA, segera menangis, AS=7-8-9, jenis kelamin laki-laki, BB/PB : 3100 gram / 51 cm.
19.  Pada jam 04.57 WITA dilakukan pemeriksaan dengan hasil: fundus teraba keras (kontraksi baik), TFU sepusat (janin tunggal), kandung kemih kosong, tali pusat tampak di depan vulva, keluar darah sekonyong – konyong.
20.  Melakukan Manajemen Aktif Kala III.
21.  Menjepit tali pusat dengan klem dan memotong tali pusat: Tali pusat sudah dipotong.
22.  Memberitahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin pada paha kiri: Ibu bersedia.
23.  Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kiri bagian luar: Oksitosin sudah disuntikkan.
24.  Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
25.  Melahirkan plasenta.
26.  Plasenta lahir lengkap dengan selaput dan kotiledonnya pada pukul 05.00 WITA
27.  Melakukan massase fundus uteri secara sirkuler (searah jarum jam) sebanyak 15 kali: fundus uteri mengeras (kontraksi baik).
28.  Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam: Kontraksi baik.
29.  Memeriksa apakah ada luka jalan lahir: terdapat luka episiotomi pada mukosa vagina komisura posteriorm kulit perineum dan otot perineum (derajat dua)
30.  Melakukan penjahitan laserasi dengan anestesi (lidokain): anestesi sudah disuntikan dan dilakukan penjahitan laserasi episiotomi.
31.  Mengajarkan kepada ibu cara massase uterus: Ibu mengerti dan dapat mempraktekan cara massase uterus.
32.  Membersihkan ibu, tempat persalinan, memasangkan pampers pada ibu dan mengganti baju ibu: ibu dan tempat persalinan sudah dibersihkan dan ibu merasa nyaman.
33.  Menganjurkan ibu untuk makan dan beristirahat yang cukup
34.  Melakukan observasi kala IV meliputi tanda – tanda vital, TFU, kontraksi uterus, perdarahan dan kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit  pada 1 jam kedua. (hasil terlampir)
35.  Melakukan dekontaminasi peralatan yang telah di pakai.
36.  Mencuci tangan
37.  Pukul 08.00 WITA ibu dipindahkan ke ruang nifas.
















DATA OBSERVASI KALA I
Tanggal/
Jam
Tanda-Tanda Vital
DJJ
Kontraksi
VT
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
16 Mei 2014/ 16.00 WITA
120/80 mmHg
88x/
menit
36,5° C
140x/
menit
2x/ 10’/ 20-40”
portio tebal lunak, Ø 2 cm,  selaput ketuban positif, kepala hodge I
16 Mei 2014/ 21.00 WITA
120/80 mmHg
84x/
menit
36,6° C
140x/
menit
3x/ 10’/ 20-40”
portio tebal lunak, Ø 5 cm, selaput ketuban positif, kepala Hodge II, UUK kiri depan
17 Mei 2014/ 01.00 WITA
120/80 mmHg
82x/
menit
36,6° C
142x/
menit
5x/ 10’/ 20-40”
Portio tipis, Ø 8 cm, selaput ketuban positif, kepala hodge III, UUK kiri depan
17 Mei 2014/ 04.30 WITA
120/80 mmHg
84x/
menit
36,7° C
142x/
menit
5x/ 10’/ >40”
portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm), kepala Hodge IV, UUK kiri depan, ketuban pecah spontan dan jernih (pukul 04.35 WITA)







DATA OBSERVASI KALA IV
Jam ke
Waktu
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Tinggi Fundus Uteri
Kontraksi Uterus
Kandung kemih
Perdarahan
1
05.00
110/80
88x/m
36,7°C
3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal

05.15
110/80
84x/m

3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal

05.30
120/80
84x/m

3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal

05.45
120/90
80x/m

3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal
2
06.15
120/80
82x/m
36,5°C
3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal

06.45
120/80
82x/m

3 jr bwh pst
Baik
Kosong
Normal


IDENTITAS BAYI
Tanggal Lahir  : 17 Mei 2014
Jam Lahir        : 04.50 WITA
Jenis kelamin   : (laki-laki)
Cara lahir         : Spontan Belakang Kepala
Apgar score     : 7-8-9
Berat badan     : 3100 gram
Panjang badan : 51 cm
Lingkar kepala
-          OS       : 30 cm
-          OB      : 38 cm
-          OK      : 29 cm
Lingkar dada   : 30 cm
Anus                : + (positif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar